Thibbun Nabawi News

Kanghar

Kanghar

Rabu, 21 Mei 2014



ASAL USUL NAMA DESA SERAYU LARANGAN

Desa serayu larangan adalah salah satu perkampungan yang terletak diwilayah kecamatan Mrebet, kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Saat ini desa serayu dihuni lebih dari 3.000 kepala keluarga. Desa serayu awalnya adalah dusun yang tandus karena kesulitan untuk mendapatkan air. Namun saat ini menjadi desa yang subur dan lahannya pun bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam usaha pertanian.
Sejarah awalnya adalah adanya seorang keturunan keluarga bangsawan yang bernama Darmakusuma. Yang dalam keluarga ini hidupnya tenteram, rukun dan damai. Darmakusuma mempunyai sifat arif dan bijaksana kepada istrinya yang bernama erawati. Apalagi istrinya saat itu sedang mengandung. Darmakusuma khawatir melihat istrinya hingga kemudian berntanya kepada istrinya “apa yang kamu rasakan wahai istriku?”. Kemudian istrinya menjawab “apabila nanti anak kita telah lahir, tetapi daerah kita sulit untuk mendapatkan air, bagaimana nasib anak kita nanti?”. Darmakusuma yang penuh kasih sayang kemudian memberi pengertian kepada istrinya dan menghibur supaya tidak gelisah lagi.
Kemudian suatu hari Darmakusuma berusaha mencari sumber air. Kemanapun ia datangi, bahkan sampai daerah amat sangat jauh. Tetapi tetap belum bisa mendapatkan air sampai berhari-hari. Sampai saatnya anaknya lahir pun tetap belum mendapatkan sumber air. Padahal air yang ada hanya cukup untuk masak dan minum saja. Akhirnya Darmakusuma pun putus asa, dalam batinnya ia berkata “jika usaha dan do’a yang khusuk Ghusti Allah pasti akan mengabulkan permintaanku”.
Ditengah keheningan Darmakusuma bertapa memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, supaya apa yang diminta dikabulkan termasuk kebutuhan air tersebut. Kemudian tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengaku namanya Ki Sabdaita. Seorang laki-laki tersebut memberi saran supaya bayi atau anaknya dibawa keluar kemudian tali pusarnya segera dipotong. Darmakusuma pun menjalankan perintah Ki Sabdaita tersebut. Sewaktu tali pusar itu dipotong tiba-tiba keluar air dari tempat dimana tali pusar bayi tersebut dipotong. Karena kaget kemudian tali pusar pun jatuh dan terendam diair tersebut.
Setelah dilihat sumber air tersebut ada dua. Kemudian satu dari sumber air tersebut diberi nama “Tuk Lanang” karena aliran airnya deras dan sumber air yang satunya diberi nama “Tuk Dandang” karena mata air ini berbentuk bagaikan caruk/dandang. Tali pusar yang jatuh kedalam mata air itu membuat bau yang amis atau arus (istilah purbalingga). Akan tetapi air yang mengalir tidak berbau dan tetap jernih. Karena adanya bau amis tersebut kemudian ditempat itu terkenal dengan nama Dusun Arus.
Darmakusuma merasa lega karena telah terkabul usaha dan permohonannya. Untuk berterima kasih kemudian Ki Sabdaita diberi tempat yang diberi nama Ciputat. Ki Sabdaita pun merasa senang menempati tempat tinggal tersebut. Kemudian beliau tanam dua pohon beringin yang kemudian tumbuh dengan subur. Tempat tersebut kamudian terkenal dengan sebutan “Waringin Jajar”.
Aliran air dari mata air arus akhirnya menjadi dua dan diberi nama sungai arus. Supaya bisa dimanfaatkan kemudian aliran diarahkan ke selatan dan kebetulan dari arah selatan ada sungai dari Campokoah. Karena sungai tersebut melewati alas jati kemudian disebutlah sungai pejaten. Usaha Darmakusuma membangun dibantu oleh mbah Sabdaita. Dengan menggunakan pelepah daun kelapa yang ditata atau disusuk menjadi semacam bendungan. Selama beberapa hari akhirnya pekerjaan tersebut selesai. Kemudian setelah selesai bendungan tersebut diberi nama “susukan pejaten”.
Melihat pekerjaannya telah selesai, Darmakusuma senang dan bangga. Untuk mengunkapkan rasa syukurnya kemudian diadakan selamatan. Yang pada acara tersebut dihadirkan petinggi Purbalingga, Kanjeng Bupati Purbalingga. Dalam sambutannya Kanjeng Bupati mengatakan selamat kepada penduduk atau warga. “Sira Rahayu” yang mempunyai arti selamat. Kata-kata tersebut kemudian ditirukan oleh penduduk yang datang menjadi “serayu atau sesaya”. Selain memberi ucapan selamat, Bupati Purbalingga menyarankan supaya susukan pejaten dimanfaatkan untuk penduduk yang tinggal dibagian timur dan penduduk bagian utara memanfaatkan kali arus. Dan masyarakat pun menerima apa yang telah disarankan Bupati Purbalingga tersebut.
Pengingat atau larangan kemudian melekat dimasyarakat. Dusun yang belum memiliki nama ini pun kemudian diberi nama “Serayu Larangan”. Kata-kata serayu berasal dari kata “sira rahayu” yang memiliki arti anda selamat. Sedangkan kata “larangan” atau pengingat memiliki arti jika anda ingin selamat selain menjalankan kabaikan juga harus menjauhi larangan.
Akhirnya masyarakat cocok dengan nama dusun Serayu Larangan. Akhirnya sampai saat ini pun masyarakat meyakini mitos tersebut sebagai sejarah nama Desa Serayu Larangan. Kini jumlah penduduk semakin bertambah banyak. Perkembangan ekonomi juga semakin maju. Unsur sosial dan budaya pun berkembang mengikuti peradaban zaman.

Rabu, 09 Oktober 2013

Kesehatan

Sebuah nasehat dari dokter untuk kita semua jika ingin badan tetap sehat dan bugar.
1. Makan secara teratur
2. Minum air putih yang banyak
3. Olah raga
4. Istirahat yang cukup