ASAL
USUL NAMA DESA SERAYU LARANGAN
Desa
serayu larangan adalah salah satu perkampungan yang terletak diwilayah kecamatan
Mrebet, kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Saat ini desa serayu dihuni lebih dari
3.000 kepala keluarga. Desa serayu awalnya adalah dusun yang tandus karena
kesulitan untuk mendapatkan air. Namun saat ini menjadi desa yang subur dan lahannya
pun bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam usaha pertanian.
Sejarah
awalnya adalah adanya seorang keturunan keluarga bangsawan yang bernama
Darmakusuma. Yang dalam keluarga ini hidupnya tenteram, rukun dan damai.
Darmakusuma mempunyai sifat arif dan bijaksana kepada istrinya yang bernama
erawati. Apalagi istrinya saat itu sedang mengandung. Darmakusuma khawatir
melihat istrinya hingga kemudian berntanya kepada istrinya “apa yang kamu
rasakan wahai istriku?”. Kemudian istrinya menjawab “apabila nanti anak kita
telah lahir, tetapi daerah kita sulit untuk mendapatkan air, bagaimana nasib
anak kita nanti?”. Darmakusuma yang penuh kasih sayang kemudian memberi
pengertian kepada istrinya dan menghibur supaya tidak gelisah lagi.
Kemudian
suatu hari Darmakusuma berusaha mencari sumber air. Kemanapun ia datangi,
bahkan sampai daerah amat sangat jauh. Tetapi tetap belum bisa mendapatkan air
sampai berhari-hari. Sampai saatnya anaknya lahir pun tetap belum mendapatkan
sumber air. Padahal air yang ada hanya cukup untuk masak dan minum saja.
Akhirnya Darmakusuma pun putus asa, dalam batinnya ia berkata “jika usaha dan
do’a yang khusuk Ghusti Allah pasti akan mengabulkan permintaanku”.
Ditengah
keheningan Darmakusuma bertapa memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, supaya apa yang diminta dikabulkan termasuk kebutuhan air tersebut. Kemudian
tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengaku namanya Ki Sabdaita. Seorang laki-laki
tersebut memberi saran supaya bayi atau anaknya dibawa keluar kemudian tali
pusarnya segera dipotong. Darmakusuma pun menjalankan perintah Ki Sabdaita
tersebut. Sewaktu tali pusar itu dipotong tiba-tiba keluar air dari tempat
dimana tali pusar bayi tersebut dipotong. Karena kaget kemudian tali pusar pun
jatuh dan terendam diair tersebut.
Setelah
dilihat sumber air tersebut ada dua. Kemudian satu dari sumber air tersebut
diberi nama “Tuk Lanang” karena aliran airnya deras dan sumber air yang satunya
diberi nama “Tuk Dandang” karena mata air ini berbentuk bagaikan caruk/dandang.
Tali pusar yang jatuh kedalam mata air itu membuat bau yang amis atau arus
(istilah purbalingga). Akan tetapi air yang mengalir tidak berbau dan tetap
jernih. Karena adanya bau amis tersebut kemudian ditempat itu terkenal dengan
nama Dusun Arus.
Darmakusuma
merasa lega karena telah terkabul usaha dan permohonannya. Untuk berterima
kasih kemudian Ki Sabdaita diberi tempat yang diberi nama Ciputat. Ki Sabdaita
pun merasa senang menempati tempat tinggal tersebut. Kemudian beliau tanam dua
pohon beringin yang kemudian tumbuh dengan subur. Tempat tersebut kamudian
terkenal dengan sebutan “Waringin Jajar”.
Aliran
air dari mata air arus akhirnya menjadi dua dan diberi nama sungai arus. Supaya
bisa dimanfaatkan kemudian aliran diarahkan ke selatan dan kebetulan dari arah
selatan ada sungai dari Campokoah. Karena sungai tersebut melewati alas jati
kemudian disebutlah sungai pejaten. Usaha Darmakusuma membangun dibantu oleh
mbah Sabdaita. Dengan menggunakan pelepah daun kelapa yang ditata atau disusuk
menjadi semacam bendungan. Selama beberapa hari akhirnya pekerjaan tersebut
selesai. Kemudian setelah selesai bendungan tersebut diberi nama “susukan
pejaten”.
Melihat
pekerjaannya telah selesai, Darmakusuma senang dan bangga. Untuk mengunkapkan
rasa syukurnya kemudian diadakan selamatan. Yang pada acara tersebut dihadirkan
petinggi Purbalingga, Kanjeng Bupati Purbalingga. Dalam sambutannya Kanjeng
Bupati mengatakan selamat kepada penduduk atau warga. “Sira Rahayu” yang
mempunyai arti selamat. Kata-kata tersebut kemudian ditirukan oleh penduduk
yang datang menjadi “serayu atau sesaya”. Selain memberi ucapan selamat, Bupati
Purbalingga menyarankan supaya susukan pejaten dimanfaatkan untuk penduduk yang
tinggal dibagian timur dan penduduk bagian utara memanfaatkan kali arus. Dan masyarakat
pun menerima apa yang telah disarankan Bupati Purbalingga tersebut.
Pengingat
atau larangan kemudian melekat dimasyarakat. Dusun yang belum memiliki nama ini
pun kemudian diberi nama “Serayu Larangan”. Kata-kata serayu berasal dari kata “sira
rahayu” yang memiliki arti anda selamat. Sedangkan kata “larangan” atau
pengingat memiliki arti jika anda ingin selamat selain menjalankan kabaikan
juga harus menjauhi larangan.
Akhirnya
masyarakat cocok dengan nama dusun Serayu Larangan. Akhirnya sampai saat ini
pun masyarakat meyakini mitos tersebut sebagai sejarah nama Desa Serayu
Larangan. Kini jumlah penduduk semakin bertambah banyak. Perkembangan ekonomi
juga semakin maju. Unsur sosial dan budaya pun berkembang mengikuti peradaban
zaman.